Perkembangan filsafat islam
A. Faktor munculnya perkembangan islam
Pemikiran filsafat masuk ke dalam Islam melalui filsafat Yunani
yang dijumpai kaum Muslimin pada abad ke-8 Masehi atau abad ke-2 Hijriah di
Suriah, Mesopotamia, Persia, dan Mesir.
Dalam Ensiklopedi Islam terbitan Ichtiar Baru Van Hoeve
dijelaskan bahwa kebudayaan dan filsafat Yunani masuk ke daerah-daerah itu
melalui ekspansi Alexander Agung, penguasa Macedonia (336-323 SM), setelah
mengalahkan Darius pada abad ke-4 SM di kawasan Arbela (sebelah timur Tigris).
Para Khalifah Abbasiyah pada mulanya hanya tertarik pada ilmu
kedokteran Yunani berikut dengan sistem pengobatannya. Tetapi kemudian mereka
juga tertarik pada filsafat dan ilmu pengetahuan lainnya. Perhatian pada
filsafat meningkat pada zaman Khalifah Al-Makmun (198-218 H/813-833 M).
Kelahiran ilmu filsafat Islam tidak terlepas dari adanya usaha
penerjemahan naskah-naskah ilmu filsafat dan berbagai cabang ilmu pengetahuan
ke dalam bahasa Arab yang telah dilakukan sejak masa klasik Islam. Dalam
Ensiklopedi Tematis Dunia Islam: Pemikiran dan Peradaban disebutkan bahwa usaha
penerjemahan ini tidak hanya dilakukan terhadap naskah-naskah berbahasa Yunani
saja, tetapi juga naskah-naskah dari bebagai bahasa, seperti bahasa Siryani,
Persia, dan India.
Perkembangan filsafat Islam, hidup dan memainkan peran
signifikan dalam kehidupan intelektual dunia Islam. Jamal al-Dīn
al-Afgani, seorang murid Mazhab Mulla Shadra saat di Persia,
menghidupkan kembali kajian filsafat Islam di Mesir. Di Mesir, sebagian tokoh
agama dan intelektual terkemuka seperti Abd. al-Halim Mahmud, Syaikh
al-Azhar al-marhum, menjadi pengikutnya.
B. Periodisasi Perkembangan Filsafat Islam
Jalaluddin dan Usman Said dalam bukunya Filsafat Pendidkan Islam
Konsep dan Perkembangan mengemukakan perkembangan periodisasi filsafat
pendidikan Islam sebagai berikut:
1. Periode awal
perkembangan Islam
Pemikiran mengenai filsafat pendidikan pada periode awal ini
merupakan perwujudan dari kandungan ayat-ayat al-Qur’an dan al-hadis, yang
keseluruhannya membentuk kerangka umum ideologi Islam. Dengan kata lain, bahwa
pemikiran pendidikan Islam dilihat dari segi al-Qur’an dan hadis, tidaklah muncul
sebagai pemikiran yang terputus, terlepas hubungannya dengan masyarakat seperti
yang digambarkan oleh Islam. .
2. Periode klasik
Periode klasik mencakup rentang masa pasca pemerintahan khulafa’ al-Rasyidun hingga awal masa imperialis Barat. Rentang waktu tersebut
meliputi awal kekuasaan Bani Ummayah zaman keemasan Islam dan kemunduran
kekuasaan Islam secara politis hingga awal abad ke-19.
Walaupun
pembagian ini bersifat tentative, namun terdapat beberapa pertimbangan yang dijadikan
dasar pembagian itu. Pertama, sistem pemerintahan kedua, luas
wilayah kekuasaan ketiga, kemajuan-kemajuan yang dicapai dan keempat, hubungan antar negara.
Pemikiran mengenai pendidikan tersebut tampak disesuaikan dengan kepentingan
dan tempat serta waktu. Beberapa karya ilmuan Muslim pada periode klasik yang
karya-karyanya secara langsung memuat pembahasan mengenai pendidikan yaitu:
Ibn Qutaibah (213-276 H), nama lengkapnya Abu Muhammad Abdullah
Ibn Muslim Qutaibah al-Dainuri, keahliannya adalah bahasa Arab dan sejarah;
karya yang terkenal : al-Ma’ani al-Kabirah, syakl al-Qur’an, Gharib al-Qur’an,
Ta’wil Mukhtalaf al-Hadits, Fadhl al-Arab, dan ‘Uyun
al-Akhbar. Pemikirannya menyangkut tentang masalah pendidikan bagi kaum wanita,
ilmu yang bermanfaat dan nilai-nilai bagi yang mengembangkannya.
Perkembangan filsafat pendidikan Islam pada periode klasik ini
masih menyimpan tokoh-tokoh seperti ; Ibnu Masarrah (269-319) yang pemikirannya
menyangkut tentang jiwa dan sifat-sifat manusia, Ibnu Maskawaih (330-421),
pemikirannya tentang pentingnya pendidikan akhlak, Ibnu Sina (370-428), karya
besarnya as-Syifa dan al-Qanun al-Tibb sebuah karya ensiklopedi kedokteran, dan
Al-Gazali (450/1058-505/1111 M).
3. Periode Modern
Periode modern merujuk pada pembagian periodesasi sejarah Islam,
yaitu menurut Harun Nasution, bahwa periode modern dimulai
sejak tahun 1800 M. periode ini ditandai dengan dikuasainya Bani Abbas dan Bani
Ummaiyah secara politik dan dilumpuhkan oleh imperialis Barat. Namun ada tiga
kerajaan besar Islam yang masih memegang hegemoni kekuasaan Islam, yaitu Turki
Usmani (Eropa Timur dan Asia-Afrika), kerajaan Safawi (Persia), dan kerajaan
Mughol (India).
Beberapa pemikir pendidikan yang tersebar di sejumlah kekuasaan
Islam tersebut sebagai tokoh yang ada kaitannya dengan perkembangan filsafat
pendidikan Islam pada periode modern, seperti:
Isma’il Raj’i al-Faruqi (1921-1986), membidangi
secara profesional bidang pengkajian Islam, pemikirannya tersebar di berbagai
dunia Islam, dan karya pentingnnya; Cristian Ethics, An Historical Atlas of
Religions of the World, Trialogue of Abrahamic Faith, dan The Cultural Atlas of
Islam, pandangannya bahwa umat Islam sekarang berada dalam keadaan yang lemah,
dan dualisme sistem pendidikan yang melahirkan kejumudan dan taqlid buta. Oleh
sebab itu pendidikan harus dikembangkan ke arah yang lebih modern dan
berorientasi ketauhidan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar