Minggu, 11 Oktober 2015

Segala Sesuatu yang ada ( Metafisika )

1.      Metafisika umum atau ontologi


Seperti telah diutarakan sebelumnya, bahwa hal yang akan dibicarakan pada bagian filsafat ini adalah tentang ada. Mengapa “ada” dipersoalkan? Pada kenyataannya, kata “ada” mengandung permasalahan. Misalnya, pada kalimat “Rumah itu ada”. Secara sekilas, kalimat itu tidak sukar dipahami. Sebagai contoh, dalam suatu ruang kuliah, kata “ada” atau hadir bermakna adanya tanda tangan dalam daftar hadir, dan secara fisik bahwa orang tersebut ada di ruangan itu. Akan tetapi, lain halnya jika pikiran orang yang bersangkutan ada di mana-mana, tidak di ruang kuliah, tentu tidak menjadi persoalan, tetap dinilai hadir. Seorang anggota DPR dinilai hadir sehingga kehadirannya menjadi bahan untuk menentukan quorum suatu rapat dilihat dari daftar hadir. Secara fisik, mungkin ia ada di kantin atau di mall, hal itu tidak penting. Persoalan yang lebih rumit, “Apakah dengan adanya sesuatu, adakah tidak ada itu?” Apakah istilah ada dalam kalimat tersebut menunjuk pada pengertian yang sama atau tidak?

Jadi, ontologi mempersoalkan adanya segala sesuatu yang ada. Hal ini berbeda dengan metafisika khusus yang mempersoalkan hakikat yang ada.

2.      Metafisika khusus

Metafisika ini membicarakan hakikat segala sesuatu yang ada. Secara umum, terdapat tiga kelompok atau hal yang berbeda menurut Langeveld. Karena itu, Langeveld mengemukakan, bahwa dalam membicarakan hakikat segala sesuatu terdapat tiga bagian sebagai berikut.:

1    1.     Kosmologi adalah bagian metafisika khusus yang mempersoalkan hakikat alam semesta segala           isinya, kecuali manusia.

2    2.   Antroplogi adalah bagian metafisika khusus yang mempersoalkan hakikat manusia.
3
3. Teologi atau 
theodecea adalah bagian metafisika khusus yang mempersoalkan hakikat Tuhan. Hal-hal yang dibicarakan di dalamnya menyangkut kebaikan, kesucian, kebenaran, keadilan, dan sifat- sifat baik Tuhan lainnya. Malaikat dibicarakan pula dalam rangka pembicaraan tentang Tuhan,   tetapi boleh jadi Nabi dibicarakan dalam antropologia.



Antropologi dalam metafisika sering pula menampilkan masalah,”Apakah manusia seyogianya berkedudukan tersendiri atau merupakan bagian dari kosmologi, seperti tanah, air, tumbuh-tumbuhan, dan binatang?”

Kosmologi dan antropologi, apabila tidak dilihat dari perbedaan hakiki antara alam semesta dan manusia, keduanya disatukan dalam pengertian filsafat alam (nature philosophie).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar